Kamis, 22 Desember 2016

Bagaimana Prinsip Model Student Facilitator and Explaining?

Pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Salah satu model pembelajaran yang dikemukakan oleh Adam dan Mbirimujo (1990:21) dalam buku Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining. Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi. Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa ketrampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak, ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang. (Prasetyo, 2001:15)
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student Facilitator and Explaining.
Tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif (Mulyasa, 2004) yaitu:
1. Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
2. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting Ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.

Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Anak dapat merasakan bahwa berpikir lebih baik dari pada menghafal sehingga mereka akan lebih termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.

Bagaimana Konsep Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining?

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian maju serta tata kehidupan masyarakat yang serba kompetitif mengharuskan adanya upaya yang maksimal untuk mampu menyesuaikan diri. Kemampuan menyesuaikan diri bisa  dilakukan dengan baik apabila didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Dalam kerangka inilah peranan guru  di tengah-tengah dunia pendidikan menjadi sangat penting.
Guru  sebagai pendidik dapat berfungsi sebagai  Agent  of  Culture,  juga berfungsi selaku  Agent of  change. Dengan demikian guru mempunyai tugas guna melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik  dan berkualitas. Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran (subject matter) terletak pada kemampuan mereka (pelajar) mengelola belajar (management of learning), kondisi belajar (condition of learning), dan membangun struktur kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal (prior knowledge), serta mempresentasikannya secara benar. Pengelolaan kegiatan pembelajaran dan kondisi belajar seseorang mempengaruhi proses terbentuknya pengetahuan di dalam struktur kognitif peserta didik. Kondisi belajar berkaitan dengan materi topik yang dipelajari (content), dan pengelolaan belajar  berhubungan dengan membangun pengetahuan.
Dewasa ini pengkajian dan pengembangan model serta implementasi pendekatan pembelajaran telah banyak dilakukan. Hal ini bertujuan guna mengungkapkan indikator yang paling dominan dalam mempengaruhi cara belajar siswa lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu upaya tersebut dengan menggabungkan pendekatan pemecahan masalah (technological approach), dan pendekatan ilmiah (scientific approach).

Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran) adalah merupakan pembelajaran dimana siswa atau siswa belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan siswa lainnya. Model Student Facilitator and Explaining (bermain peran)  dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan memerankan sebagai tokoh baik pada benda hidup atau benda mati. Model ini dapat dilakukan secara individu atupun secara kelompok. Oleh karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa.

Apa itu Model pembelajaran student facilitator and explaining?

Model pembelajaran student facilitator and explaining merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan di bentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar mengajar. Menyajikan materi dengan mendemonstrasikan didepan siswa lalu memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan kepada rekan - rekannya merupakan makna dasar dari penggunaan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam proses belajar mengajar. Jadi, model pembelajaran student facilitator and explaining adalah rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan menyampaikan kompetensi siswa yang harus dicapai, lalu menjelaskannya dengan didemonstrasikan, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali pada rekan-rekannya dan diakhiri dengan penyampaian materi oleh guru pada siswa.

Apa Itu Model Pembelajaran?

Menurut Suprijono (2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas, mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipakai oleh guru untuk membentuk kurikulum, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan model pembelajaran, sebagai berikut:
a.             Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Karakteristik tujuan yang akan dicapai sangat mempengaruhi penentuan model.
b.             Materi pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa di pelajari dan dikuasai oleh peserta didik.
c.             Siswa
Siswa sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depannya. Semua perbedaan itu akan berpengaruh terhadap penentuan model pembelajaran.
d.            Fasilitas
Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan model pembelajaran. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan model yang tepat.
e.             Situasi
Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.
f.              Guru
Setiap orang memiliki kepribadian, perfomanc bstyle, kebiasaan dan pengalaman belajar berbeda-beda. Kompetensi mengajar biasanya di pengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Guru yang latar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih model dan tepat dalam menerapkannya.
Dengan demikian model pembelajaran tersebut merupakan pola umum perilaku untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide melalui model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran dapat digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dimana setiap guru diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran inovatif dan mencari perangkat - perangkat pembelajaran yang lebih kreatif dalam menyampaikan materi di kelas.

Saat Kurikulum 1994 Berbicara

Definisi Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 adalah pengembangan dari kurikulum sebelumnya dan sering disebut kurikulum CBSA (Cara belajar siswa aktif). Kurikulum dengan orientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan Kurikulum 1994
Tujuan umum yaitu mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, jujur, cermat, efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang memungkinkan agar tujuan tersebut bias tercapai adalh siswa diharapkan mau mengikuti ajang kompetisi dalam bidang matematika, baik di dalam kota maupun di luar kota, bahkan memungkinkan siswa diikutsertakan dalam ajang kompetisi di luar negeri.

Kelemahan Kurikulum 1994
Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi setiap mata pelajaran; dan materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.

Kelebihan Kurikulum 1994
Disamping banyaknya kelemahan dalam pemberlakuan kurikulum 1994 saat itu, bukan berarti bahwa kurikulum 1994 tidak memiliki kelebihan. Kami menemukan beberapa kelebihan dalam pemberlakuan kurikulum tersebut, antara lain: siswa lebih banyak mendapatkan informasi karena materi yang diberikan lebih banyak; dan siswa memiliki keterempilan di bidang non akademis melalui muatan lokal.
Namun sayangnya, protes yang terus bermunculan untuk segera merevisi kurikulum 1994 membuat pemerintah mengambil tindakan untuk memperbaharui kurikulum 1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004.


Sistem Kurikulum 1994
Seperti yang sama-sama telah kita ketahui bahwa, Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 serta mengkombinasikan dengan kurikulum 1975 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.  Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.  Pada kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi sembilan tahun (SD dan SMP). Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1984 dengan tujuan pendekatan proses. Di samping meniadakan mata pelajaran PSPB juga diperkenalkannya sistem kurikulum SMU yang dimaksudkan untuk menjadikan pendidikan umum benar-benar sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi.


Aspek Kurikulum 1994

1.        Aspek Pendekatan
Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan isi/materi sejumlah pelajaran yang wajib ditransfer pada diri anak didik. Siswa dianggap sukses bila menguasai seluruh matapelajaran. Hal ini sesuai dengan teori Tabularasa-nya John Locke.
2.        Aspek Otoritas Pengembangan
Dalam kurikulum 1994, pemerintah pusat lebih mendominasi materi pembelajaran dengan muatan kurikulum nasional sebanyak 80 %, sedangkan pihak daerah yang pada hakikatnya mengetahui keadaan, kebutuhan dan potensi wilayahnya hanya mendapat kesempatan 20 %.
3.        Aspek Isi/Materi
Pada kurikulum 1994 materi yang diberikan terkesan overload, sehingga yang terjadi pengulangan-pengulangan materi. Bukan saja hal ini menyebabkan pemborosan waktu, tenaga dan pikiran, namun juga kebosanan/kejenuhan pada diri anak mencapai titik kulminasinya.
4.        Aspek Pusat Proses Belajar Mengajar
Keberhasilan PBM dalam kurikulum 1994 lebih banyak ditentukan oleh guru dan apa yang harus dilakukan, sebab sejak awal posisi guru berada pada satu-satunya sumber belajar. Keadaan seperti ini menjadikan anak didik pasif, menerima apa adanya kenyataan yang terjadi di dalam kelas.
5.        Aspek Orientasi
Orientasi kurikulum 1994 lebih ditekankan pada perolehan hasil tes yang tinggi, dalam raport diwujudkan dengan bentuk angka-angka. Bagi raport anak didik yang tertulis angka-angka tinggi dari hasil ujian dinyatakan sebagai anak yang berprestasi. 
6.        Aspek Guru
Dalam kurikulum 1994 guru berperan sangat penting,karena merupakan sumber belajar satu-satunya yang di miliki oleh siswa.
7.        Aspek Relasi
Nuansa pembelajaran dalam Kurikulum 1994 bersifat informatif, sebab sejak semula guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Metode didaktika yang sering tampak dipergunakan adalah ceramah, maka yang terjadi situasi monologis, guru lebih aktif memberikan materi dan siswa menjadi pasif lebih banyak mendengar.
8.        Aspek Tahun Pembelajaran
Dalam kurikulum 1994 menggunakan tahun pembelajaran terbagi dalam catur wulan, maka dalam satu tahun ada tiga masa utama belajar aktif. Dengan implikasi masa ujian juga menjadi tiga kali (Tes Tahap Belajar Catur Wulan I, II dan III). Ini tidak lepas dari orientasi awal pembelajaran yang bersifat teoritis, mencurahkan materi/bahan sebanyak mungkin pada siswa.
9.        Aspek Hari Efeketif
Pada Kurikulum 1994 anak didik wajib masuk kelas selama 6 hari / minggu dan menghabiskan 42 jam pelajaran. Hanya tersisa satu hari bagi anak didik untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, belum lagi bagi mereka yang menempuh dua jenis pendidikan. Hampir seharian penuh waktunya dihabiskan di ruang – ruang kelas, pagi sampai siang hari dimanfaatkan belajar di Seskolah Dasar (SD), sedang siang sampai sore hari digunakan belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI), amat melelahkan dan cukup membosankan.

Kesimpulannya, sistem dari Kurikulum 1994 adalah  berorientasi hanya pada input, bukan hasil.


Emas atau Garam?

Seketika aku teringat akan perkataan salah satu dosenku beberapa waktu silam.
Beliau melontarkan sebuah pertanyaan yang sepele menurutku.
Tapi ternyata tidak, ada sebuah pesan besar yang terkandung di dalamnya.
“Jika kau dihadapkan dengan sebuah pilihan, apakah kau akan memilih emas atau garam?”
Tanpa pikir panjang, sebagian mahasiswa di ruangan tersebut memilih emas.
Beberapa mahasiswa lainnya masih ragu untuk menjawab, karena berfikir itu merupakan pertanyaan jebakan.
Ya, termasuk aku salah satunya.
Sampai pada akhirnya beliau menjelaskan apa maksud dari pertanyaannya itu.
Beliau berkata kebanyakan orang saat ini hanya memikirkan gengsinya.
Melalaikan kebutuhannya demi mempertahankan keinginannya.
Layaknya garam dan emas.
Sesungguhnya setiap manusia pasti menginginkan emas, namun apakah jika kita tidak memiliki emas akankah terganggu keberlangsungan hidup kita?
Tentu tidak!
Tapi garam yang jelas-jelas kita butuhkan sering kali tidak diinginkan.
Mungkin jika dilihat dari segi ekonomis keduanya sangat jauh berbeda.
Padahal garamlah yang lebih penting dibandingkan emas.
Tanpa garam, kita akan kekurangan yodium sehingga kesehatan kita terganggu.
Dan secara otomatis keberlangsungan hidup kita akan terganggu pula, bukan?
Maka dari itu beliau berpesan, jangan pernah melihat sesuatu dari segi ekonomisnya saja.
Tetapi lihatlah seberapa hal tersebut berpengaruh besar terhadap keberlangsungan hidup kita