Dengan memasuki abad ke-20 realisme muncul, khususnya di Inggris dan Amerika Utara.
Real berarti yang actual atau yang ada dan bukan sekedar khayalan.
Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan.
Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu‑satunya hal yang dapat kita lakukan adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya.
Realisme adalah suatu istilah yang meliputi bermacam-macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama.
Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern.
Pertama, kecenderungan kepada materialisme dalam bentuknya yang modern.
Kedua, kecenderungan terhadap idealisme.
Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistik dan terdiri atas bermacam-macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya.
Perkembangan penting dalam filsafat dibantu oleh klasifikasi yang diusulkan oleh Aristoteles.
Ia tertarik pada fakta yang spesifik dan juga yang umum (universal).
Dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak logika.
Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut logika modern.
Logika Aristoteles itu juga sering disebut logika formal.
Selain itu terdapat bentuk-bentuk realisme.
Yang pertama Realisme Ekstrem atau Primitif Realisme Ekstrem.
Yang berpendapat bahwa abstraksi itu ada sebagai entitas riil dalam dimensi lain realitas dan bahwa konkret yang kita persepsi hanyalah merupakan cerminan yang tidak sempurna, namun konkret tersebut menyebabkan timbulnya abstraksi dalam pikiran kita.
Sedangkan yang kedua, Realisme Akal Sehat.
Realisme akal sehat sepakat dengan realisme ekstrem atau primitif bahwa obyek-obyek fisik tidak bergantung pada pikiran atau berada di luar pikiran, walaupun obyek-obyek itu secara langsung dan seketika dapat diobservasi oleh pikiran.
Hal yang membedakan dua pandangan ini adalah pemahaman realisme akal sehat tentang obyek yang tidak nyata, yang khayalan atau yang merupakan halusinasi.
Persepsi semacam ini bersifat subyektif, dan obyek-obyeknya seluruhnya terdapat di dalam pikiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar